SIFRUL MUSTATHIL
Shifrul Mustathil adalah tanda kecil berbentuk bulat panjang (lonjong) yang terletak di atas suatu huruf yang berfaedah bahwa huruf tersebut dihilangkan atau tidak berfungsi ketika washal dan berfungsi ketika waqaf. Beberapa contoh kata yang terdapat tanda Shifrul mustathil:
أَنَاْ – الرَّسُوْلَا – السَّبِيْلَا - الظُّنُوْنَا
الظُّنُوْنَا - الرَّسُوْلَا - السَّبِيْلَا
lafaz tersebut ketika Waqof dibaca panjang dan
ketika Washal dibaca pendek, karena asalnya pendek
semua, yakni : الظُّنُوْنَ - الرَّسُوْلَ - السَّبِيْلَ
Disebabkan semua ayat dalam surat Al-Ahzab berakhiran panjang 2 harakat, maka untuk menyesuaikan sajak (Qowafi) semua akhir ayat dari surat Al-Ahzab, ditambahkanlah Alif Ziyadah, agar serasi semua kadar panjang dari tiap akhir ayat dari surat tersebut, yakni 2 harakat. Dan untuk menunjukkan bahwasanya Alif tersebut adalah tambahan, maka diberi tanda Shifir Mustathil (0)
1. Alasan dibaca panjang ketika Waqof karena untuk menyamakan sajak akhir ayat dengan ayat yang lain.
2. Alasan dibaca pendek ketika washal,
dalam rangka untuk menunjukkan kalimat aslinya dan menjelaskan bahwa Alif
tersebut adalah tambahan.
Kata-kata di atas alifnya tidak menjadikan hukum mad ketika dibaca washal. Adapun ketika waqaf alifnya berfungsi dan menjadikannya huruf mad. Cara bacanya seperti berikut:
SIFRUL
MUSTATHIL |
|||
NO |
Contoh |
Washol |
Waqof |
1 |
انا |
ان |
انا |
2 |
الرسولا |
الرسول |
الرسولا |
3 |
السبيلا |
السبيل |
السبيلا |
4 |
لكنا |
لكن |
لكنا |
5 |
الظنونا |
الظنون |
الظنونا |
Khusus untuk kata (سَلٰسِلَا) yang terdapat di surat Al-Insan
ayat 4 ketika waqaf boleh dibaca panjang atau disukunkan “sin”nya.
Shifr pada kata (قَوَارِيْرَا) yang berada di surat Al-Insan ayat 15 dan 16 berbeda bentuknya. Pada ayat 15 shifrnya shifr mustathil yang artinya ra’ dibaca pendek ketika washal dan dibaca panjang ketika waqaf. Sedangkan shifr pada ayat 16 adalah shifr mustadir yang artinya dibaca pendek ketika washal dan disukunkan ra’nya ketika sukun. Alif yang didahului fathah dibaca pendek ketika Washol dan dibaca panjang ketika Waqof. Didalam Al-Qur'an alif jenis ini terdapat pada tujuh kalimat berikut ini :
أَنَا - الظُّنُوْنَا - الرَّسُوْلَا - السَّبِيْلَا - لٰكِنَّا - كَانَتْ قَوَارِيْرَا - سَلٰسِلَا
Ketujuh kalimat diatas terdapat pada :
a. Lafat أَنَا
disemua tempat
b. Al-Ahzab : 10 dan
66-67
c. Al-Kahfi : 38
d. Al-Insan : 4 dan 15
1. Semua lafat أَنَا didalam Al-Quran NA nya dibaca pendek jika washol dan dibaca panjang
jika waqof, baik lafat أَنَا
tersebut didahului huruf ف maupun و seperti : فَأَنَا - وَأَنَا
Adapun lafat أَنَا pada lafat-lafal berikut Na-nya tetap dibaca Panjang yakni :
أَنَابَ - أَنَابُوْا - أَنَاسِيَّ -
الْأَنَامِلَ - لِقَاءَنَا - جَاءَنَا - ءَابَاءَنَا
2. Pada lafal سَلٰسِلَا menurut Qiraat Ashim, riwayat Hafsh, thoriq Syathibiyah ketika
waqof dibaca dengan 2 cara yakni: سَلٰسِلَا
Jika waqof Sukun dan Panjang سَلٰسِلْ dan سَلٰسِلَا
Adapun jika washol dibaca Pendek سَلٰسِلَ وَأَغْلٰلاً وَسَعِيْرًا
3. Untuk rumus keempat ini biasanya diatas alif ada Shifir Mustathil dengan tanda
bulat lonjong ( 0 ), yakni :
- Ketika washol dibaca pendek dan ketika waqof dibaca panjang. Lafaz أنا terbaca أن ketika washal
Alasan dipendekkannya nun ketika washal pada semua kata أنا (dhamir yang berarti saya)
karena fungsi alif tersebut hanya berfungsi menjelaskan harakat sebagaimana menambahkan
ha’ ketika berhenti ( هاء السكت ). Ketika ada kata benda yang hurufnya sedikit lalu diwaqafkan dengan sukun maka bunyinya akan janggal dan diberi tambahan alif itu agar bunyi nun tetap sebagaimana asalnya.
Sedangkan tidak ditambahkannya alif
ketika washal karena nun sudah berharakat. Ada juga lafadz yang mirip dengan أنا yaitu لكنا
pada QS. Al-Kahfi:38. Berikut ini paparan ayatnya:
Tetapi aku (percaya bahwa): Dialah
Allah, Tuhanku, dan aku tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku.
yakni dibaca pendek ketika washal
dan dibaca panjang ketika waqaf. Hal itu dikarenakan asal dari لكنا adalah لكن + أنا dan bukan لكن + نحن Lafaz - الرسولا،
الظنونا، قواريرا
Imam Nafi’, Abu Bakar, Hisyam,
al-Kisa’i membaca kata di atas dengan tanwin, sementara yang lain termasuk Imam
Ashim riwayat Hafs membacanya dengan tanpa tanwin. Semua ulama mewaqafkannya
dengan alif kecuali Hamzah dan Qonbul, keduanya mewaqafkan tanpa alif. Alasan
mereka yang mewaqafkan dengan alif adalah karena mengikuti rasm atau khot
mushaf yang mencantumkan alif dan ketika washal alifnya tidak terbaca karena
sighat muntahal jumu’ yang termasuk isim ghairu munsharif sehingga tidak boleh
ditanwin. Sedangkan الظنونا، الرسولا، السبيلا meskipun bukan termasuk jama’ akan tetapi ia disamakan dengan syair
yang akhir baitnya terdapat fathah yang dipanjangkan dengan alif
Lafaz - أولئك، أولوا، الملاء
Dalam rasm
usmani ada beberapa huruf yang tertulis tapi tidak terbaca seperti أولئك أولو، الملاء, ada pula yang tak tertulis tapi
terbaca seperti هذا، هذه، ذلك . Inilah yang merupakan keunikan dari rasm al-Qur’an yang penuh
rahasia dan mukjizat.