BADAL / IBDAL
Menurut Syekh Musthofa Al Ghulayain الإبدال adalah
الإِبدَالُ إِزَالَةُ حَرفٍ, وَوَضَعَ آخَر مَكَانَهُ.
‘Ibdal adalah menghilangkan satu huruf dan meletakkan huruf lain di
tempatnya.
Menurut Syaikh Fuad Nikmah الإبدال adalah
الإبدال هو أًن يَحِلَّ حَرفُ مَحَلَّ حَرفٍ آخر فِي كَلِمَةٍ
‘Ibdal adalah suatu huruf yang menduduki tempat huruf lain dalam kata.
Bentuk-bentuk ‘ibdal
- Mengganti huruf waw dan ya’ dengan
huruf hamzah, terdapat dalam keadaan berikut :
- Jika kedua huruf tersebut terletak di
ujung kata dan setelah alif zaidah.
Contoh : دُعَاءٌ dan بَنَاءٌ
دَعَا-يَدعُو-دُعَاوٌ
بَنَى-يَبنِي-بَنَايٌ
Apabila ditambahkan ha’ ta’nits untuk membedakan
perempuan dan laik-laki, maka harus tetap diganti hamzah.
Contoh :
بَنَّاءَةٌ و مَشَّاءَةٌ
dengan penambahan tasydid dikarenakan
mengikuti wazn shighah mubalaghah.
Contoh lainnya adalah
حَمرَاءٌ aslinya حَمرَى (سَكرَى)
Dengan menambahkan alif zaidah sebelum akhir,
seperti penambahan pada كِتَابٌ dan غُلَامٌ , kemudian mengganti ى menjadi hamzah, untuk memudahkan
pengucapan dikarenakan bertemunya dua sukun.
Beberapa pengecualian dalam hal ini :
1) Jika ketika waw atau ya’ terletak setelah alif yang bukan zaidah, maka tidak diganti.
Contoh : آيَةٌ وَ رَاوِيَّةٌ
- Apabila tidak berat dalam pengucapan
Contoh : تَعَاوَنَ dan تَبَايَنَ
2) Jika huruf waw dan ya’ terletak
di ‘ain ism fa’il dan keduanya dii’lalkan ketika fi’l
Contoh : قَائِلٌ dan بَائِعٌ
قَالَ (قَوَلَ) – قَاوِلٌ-
قَائِلٌ
بَاعَ (بَيَعَ) – بَايِعٌ- بَائِعٌ
Kecuali
ketika huruf waw dan ya’ tidak dii’lalkan
ketika di fi’l.
Contoh : عَوِرَ dan عَيِنَ
3) Huruf mad zaidah diganti hamzah apabila
terletak pada posisi ketiga dalam waznمَفَاعِلٌ di
dalam ism shohih akhir.
Contoh : قِلَادَةٌ – قَلَائِدٌ
صَحِيفَةٌ – صَحَائِفٌ
عَجُوزٌ – عَجَائِزٌ
Kecuali
yaitu jika waw/ya’ bukanlah huruf tambahan, maka
tidak diganti hamzah
Contoh : قَسوَرَةٌ – قَسَاوِرٌ
مَفَازَةٌ – مَفَاوِزٌ(فَازَ)
- Kecuali jika memang sudah menjadi hal yang
sering didengar maupun dihafal, seperti مَنَائِرٌ/ مَنَاوِرٌ مَصَائِبٌ/مَصَاوِبٌ
Apabila di’i’ilalkan lam fi’lnya pada bentuk
ini, maka jamaknya dibentuk berdasarkan wazn فُعالى (menurut pendapat ahli nahwu kufi)
Contoh :
قَضِيَّةٌ – قَضَايَا
هِرَاوَةُ – هِرَاوَى
Dan wazn فَعَائِلٌ atas pendapat ahli nahwu Bahsra
Contoh :
خَطِيئَةٌ – خَطَايِئٌ – خَطَايَا
4) Apabila huruf alif terdapat di tengah dua waw/ya’ yang
berada dalam wazn مَفَاعِلٌ dan terdapat pada ism shohih akhir. Maka
huruf waw/ya’ yang kedua diganti dengan
Contoh : أَوَائِلٌ asalnya adalah أَوَاوِلٌ
سَيَائِدٌ asalnya adalah سَيَاوِدٌ
Kecuali
Jika wazn مَفَائِيلٌ,
maka huruf waw/ya’ tidak boleh diganti hamzah Contoh
: طَاوُوسٌ – طَوَاوِيسٌ
Apabila lam fi’lnya dii’lalkan,
maka jamaknya atas wazn
Contoh : زَاوِيَّةٌ – زَوَايَا
رَوِيَّةٌ – رَوَايَا
Asli dari kata زَوَايَا dan semisalnya
adalah زَوَايِيٌ atas wazn فَوَاعِلٌ . Dengan ya’ pertama berharakat kasrah.
Kemudian harakat kasrahnya diganti menjadi fathah, dan ya’ yang
kedua diganti alif karena huruf sebelumnya berharakat
fathah.
5) Jika huruf waw berharokat dhammah terletak
setelah huruf yang berharakat sukun atau dhammah, maka boleh
di ganti dengan hamzah dan boleh tetap.
Contoh : أَدؤُرٌ asalnya أَدوُرٌ
حُؤُولٌ asalnya حُوُولٌ
Keduanya boleh digunakan, tetapi yang pertama adalah yang
paling afsah.
6) Apabila dalam sebuah kata diawali dengan dua huruf waw(واو), maka واو yang
pertama diganti dengan hamzah, selama واو yang
kedua bukan pengganti dari الف المَفَاعَلَةَ.
Contoh : أُوَاصِلٌ aslinya وُوَاصِلٌ وُوَلٌ aslinya أُوَلٌ
أُوَيعِدٌ aslinya وُوَيعِدٌ
- Apabila yang واو kedua adalah pengganti dari الف المَفَاعَلَةَ. Maka tidak wajib diganti hamzah, tapi diperbolehkan.
Contoh : bentuk majhul dari وَارَى , boleh dibaca وُرِيَ
Dan boleh dibaca أٌورِيَ
- Apabila fa’ fi’l dalam wazn إِفتَعَلَ adalah waw/ya’ maka
keduanya diganti dengan ta’. Begitu juga dalam wazn إِفتِعَالٌ
Contoh : إِتَّصَلَ aslinya إِوتَصَلَ
إِتَّسَرَ aslinya إِيتَسَرَ
Dengan syarat bahwa waw/ya’ disini bukanlah
pengganti dari hamzah.
Contoh : إِيتَمَرَ aslinya إِئتَمَرَ
Sebagian Ahli Nahwu (yang beraliran Baghdad) membolehkan
pergantiannya menjadi hamzah. Contoh:
إِتَّكَلَ – إِئتَكَلَ – أَكَلَ
إِتَّزَرَ – إِيتَزَرَ – إِزَارَ
- Apabila fa’ fi’l dalam wazn إِفتَعَلَ adalah
- ث = maka ta’ dalam wazn إِفتَعَلَ diganti menjadi ث,
yang kemudian keduanya diidgham
Contoh : إِثَّأَرَ – إِثتَأَرَ
- د, ذ,
dan ز = maka ta’ dalam wazn إِفتَعَلَ
diganti menjadi د.
Contoh : إِدَّعَى – إِدتَعَى –
دَعَا
إِذدَكَرَ – إِذتَكَرَ –
ذَكَرَ
إِزدَهَمَ – إِزتَهَمَ –
زَهَمَ
- ص, ض, ط, ظ = makata’dalam wazn إِفتَعَلَ
diganti menjadi ط
Contoh : إِصطَحَبَ –
إِصتَحَبَ – صَحِبَ
إِضطَرَبَ – إِضتَرَبَ – ضَرَبَ
إِطَّلَعَ – إِطتَلَعَ – طَلَعَ
إظطَلَمَ – إِظتَلَمَ – ظَلَمَ
- Diperbolehkan setelah pergantian د
dan
ط diidghamkan menjadi huruf yang
sejenis seperti huruf sebelumnya.
Contoh : إِذَّكَرَ , إِظَّلَمَ
4. Apabila dalam wazn تَفَاعَلَ, تَفَعَّلَ, dan تَفَعلَلَ fa’
fi’lnya adalah ث, ذ, د, ز, ص, ض, ط, ظ,
maka ta’ dalam wazn تَفَاعَلَ, تَفَعَّلَ, dan تَفَعلَلَ boleh
diganti menjadi huruf yang sejenis dengan huruf setelahnya.
Contoh :
- اثَّاقَلَ – تَثَاقَلَ
- اذَّكَرَ – تَذَكَّرَ
- ادَّثَّرَ – تَدَثَّرَ
- ازَّيَّنَ – تَزَيَّنَ
- اصَّبَّرَ – تَصَبَّرَ
- اضَّرَّعَ – تَضَرَّعَ
- اطَّرَّبَ – تَطَرَّبَ
- اظَّلَّمّ – تَظَلَّمَ
Note: Hal ini dapat terjadi pada huruf selain huruf-huruf diatas.
1. Penggantian Hamzah
dengan Ya’
Badal/ibdal yang dimaksud di sini adalah إبدال الهمزة الساكنة بالياء (mengganti hamzah sukun dengan ya’. Semua
imam qira’at sepakat mengganti hamzah qatha’ bila tidak disambung dengan kata
sebelumnya yang jatuh setelah hamzah washal dengan ya’ sukun, seperti لقاءنا ائت (QS.Yunus:15) في السموات ائتوني (QS al-Ahqaf:4). Di
2. Penggantian Shad dengan Siin
Yakni mengganti shad dengan siin pada kata يبصط (QS.al-Baqarah:245) dan بصطة (QS. al-A’raf:69) untuk selain bacaan Nafi’, al-Bazzi, Ibnu
Dzakwan, Syu’bah, Ali Kisa’i, Abu Ja’far dan Khalad. (Al-Qadli, 1981:119)
sedangkan pada بمصيطر (QS. al-Ghasyiyah:22) Imam Ashim membaca
sebagaimana tulisan mushaf, lain halnya dengan المصيطرون (QS. al-Thur:37) kata
ini bisa dibaca dengan mengganti shad dengan siin atau dibaca tetap sebagaimana
tulisannya. Alasan digantinya shad dengan siin pada semua kalimat di atas yaitu
mengembalikan pada asal katanya, yaitu بسط – يبسط ، سيطر – يسيطر. Sedangkan alasan ditetapkannya shad
yaitu mengikuti rasm/khat Usmani al-Qur’an dan juga untuk menyesuaikan sifat
ithbaq dengan huruf sesudahnya (tha’) yang mempunyai sifat isti’la’.
Selamat membaca semoga bermanfaat